PUAS! Sepertinya hanya satu kata
itu yang cocok dipakai untuk menggambarkan perasaanku setelah membaca jilid
terakhir manga DEAR BOYS yang sudah kuikuti selama 12 tahun, meski sebenarnya
mangakanya sendiri membutuhkan waktu 26 tahun untuk menyelesaikannya. Jika
membacanya saja butuh begitu banyak kesabaran, aku nggak membayangkan gimana
yang bikin, yang jelas Hiroki Yagami-sensei pasti sudah mengerahkan semua usaha
terbaiknya untuk menggambar setiap halamannya. Dan aku sebagai pembaca hanya
bisa mengucapkan terima kasih kepada Yagami-sensei karena sudah menyajikan sebuah
cerita yang akan kuingat seumur hidup. Kupikir seperti inilah sebuah manga shonen harusnya berakhir, nggak
perlu dikasih romance secara
berlebihan, meski sebagai seorang cewek aku berharap Anzaki jadian dengan
Touya. Wkwkwk ... tapi tak apa, ending yang
dibuat Yagami-sensei menurut saya sudah lebih dari cukup. Baca Dear Boys emang
bikin perasaan campursari, mulai dari seneng, tegang, kesel, bahkan sampai
nangis, exited bangetlah pokoknya.
Dear Boys adalah manga sport pertama yang kubaca, manga
yang membuatku mengenal dunia basket. Serius pertama kali baca, pengetahuanku
tentang basket hanya bahwa bola basket itu warnanya oranye. Jangankan tentang chip out, bahkan aku nggak tahu apa
artinya dunk. Tapi Aikawa, Fujiwara,
Ishi, Dobashi, dan Miura membuatku mulai mencari tahu tentang dunia basket
meski nggak lantas memainkannya atau jadi menggilai NBA. Aku hanya jadi
tertarik pada cerita-cerita lain yang berhubungan dengan basket, makanya nggak
sulit buatku untuk menyukai KnB, walaupun kadang aku geleng kepala liat
kemampuan ajaib karakternya.
Harus kuakui kalau aku tertarik
baca Dear Boys gara-gara gambar cowoknya yang keren-keren, seri pertama yang
kubaca adalah vol. 1 Act. 2, makanya gambarnya keren-keren. Yang pertama bikin
jatuh cinta adalah Fujiwara, lalu Hoshina (Honmoku), kemudian Touya, sementara
untuk Aikawa aku nggak terlalu tertarik karena dia pendek─padahal tingginya 175
cm loh. Parah! Tapi mau gimana, waktu itu aku baru keluar dari zona manga shoujo. Jadi sedikit banyak masih
kebawa hawa-hawa shoujo-nya. Hehe
.... Gambar yang bagus ditambah cerita yang sama bagusnya bikin aku mulai
ngikutin semua manganya, waktu itu Act. 2 berhenti di vol. 5, dan baru tiga
tahun kemudian aku nemu lanjutannya. Aku hampir putus asa, kupikir
Yagami-sensei nggak bakal bikin lanjutannya. Pas nemu lanjutan manganya di
Gramedia, aku benar-benar happy, hampir
teriak-teriak gaje bahkan. Malu-maluin kalo diingat lagi. Aku mulai membangun
keyakinan kalau Yagami-sensei pasti akan menyelesaikan Dear Boys, dan keyakinan
itu terbayar lunas sekarang. Aku padamu, sensei!
Aku sangat bersyukur akhirnya bisa membaca akhir yang menyenangkan di vol.
21 Act. 3.
Seri Dear Boys sendiri ada tiga:
·
Dear Boys: The Early Days
·
Dear Boys Act II
·
Dear Boys Act III
Juga ada seri anime-nya yang disebut juga Hoop Days.
Dear Boys tidak hanya tentang
pertandingan basket atau kemenangan, tapi juga tetang persahabatan, kepercayaan,
dan hubungan. Dear Boys memperlihatkan sisi lain dari dunia basket yang bakal
bikin jatuh cinta, bukan hanya pada karakter di dalamnya tapi juga pada alur
ceritanya. Pokoknya kalau sudah baca nggak bakal nyesel. (Ann)