Halaman

Jumat, 25 November 2016

Dear Boys, Seri Manga yang Tak Akan Terlupakan


PUAS! Sepertinya hanya satu kata itu yang cocok dipakai untuk menggambarkan perasaanku setelah membaca jilid terakhir manga DEAR BOYS yang sudah kuikuti selama 12 tahun, meski sebenarnya mangakanya sendiri membutuhkan waktu 26 tahun untuk menyelesaikannya. Jika membacanya saja butuh begitu banyak kesabaran, aku nggak membayangkan gimana yang bikin, yang jelas Hiroki Yagami-sensei pasti sudah mengerahkan semua usaha terbaiknya untuk menggambar setiap halamannya. Dan aku sebagai pembaca hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada Yagami-sensei karena sudah menyajikan sebuah cerita yang akan kuingat seumur hidup. Kupikir seperti inilah sebuah manga shonen harusnya berakhir, nggak perlu dikasih romance secara berlebihan, meski sebagai seorang cewek aku berharap Anzaki jadian dengan Touya. Wkwkwk ... tapi tak apa, ending yang dibuat Yagami-sensei menurut saya sudah lebih dari cukup. Baca Dear Boys emang bikin perasaan campursari, mulai dari seneng, tegang, kesel, bahkan sampai nangis, exited bangetlah pokoknya.




Dear Boys adalah manga sport pertama yang kubaca, manga yang membuatku mengenal dunia basket. Serius pertama kali baca, pengetahuanku tentang basket hanya bahwa bola basket itu warnanya oranye. Jangankan tentang chip out, bahkan aku nggak tahu apa artinya dunk. Tapi Aikawa, Fujiwara, Ishi, Dobashi, dan Miura membuatku mulai mencari tahu tentang dunia basket meski nggak lantas memainkannya atau jadi menggilai NBA. Aku hanya jadi tertarik pada cerita-cerita lain yang berhubungan dengan basket, makanya nggak sulit buatku untuk menyukai KnB, walaupun kadang aku geleng kepala liat kemampuan ajaib karakternya.


Harus kuakui kalau aku tertarik baca Dear Boys gara-gara gambar cowoknya yang keren-keren, seri pertama yang kubaca adalah vol. 1 Act. 2, makanya gambarnya keren-keren. Yang pertama bikin jatuh cinta adalah Fujiwara, lalu Hoshina (Honmoku), kemudian Touya, sementara untuk Aikawa aku nggak terlalu tertarik karena dia pendek─padahal tingginya 175 cm loh. Parah! Tapi mau gimana, waktu itu aku baru keluar dari zona manga shoujo. Jadi sedikit banyak masih kebawa hawa-hawa shoujo-nya. Hehe .... Gambar yang bagus ditambah cerita yang sama bagusnya bikin aku mulai ngikutin semua manganya, waktu itu Act. 2 berhenti di vol. 5, dan baru tiga tahun kemudian aku nemu lanjutannya. Aku hampir putus asa, kupikir Yagami-sensei nggak bakal bikin lanjutannya. Pas nemu lanjutan manganya di Gramedia, aku benar-benar happy, hampir teriak-teriak gaje bahkan. Malu-maluin kalo diingat lagi. Aku mulai membangun keyakinan kalau Yagami-sensei pasti akan menyelesaikan Dear Boys, dan keyakinan itu terbayar lunas sekarang. Aku padamu, sensei! Aku sangat bersyukur akhirnya bisa membaca akhir yang menyenangkan di vol. 21 Act. 3.
Seri Dear Boys sendiri ada tiga:
·         Dear Boys: The Early Days
·         Dear Boys Act II
·         Dear Boys Act III
Juga ada seri anime-nya yang disebut juga Hoop Days.


Dear Boys tidak hanya tentang pertandingan basket atau kemenangan, tapi juga tetang persahabatan, kepercayaan, dan hubungan. Dear Boys memperlihatkan sisi lain dari dunia basket yang bakal bikin jatuh cinta, bukan hanya pada karakter di dalamnya tapi juga pada alur ceritanya. Pokoknya kalau sudah baca nggak bakal nyesel. (Ann)